|
Lika Liku Keriput
Lipatan keriput itu semakin nampak dan bertambah seiring
dengan berjalannya waktu. Wajar saja jika langkahnya mulai pelan dan terkadang
terhenti. Rasa sakit yang menusuk sering kali dia rasakan. Namun, hal itu bukan
suatu alasan untuk menghentikan
langkahnya.
Tegur sapa burung di pagi hari yang sejuk selalu menemani
langkahnya menuju hamparan tanah yang luas dan hijau. Pakaian yang kusut dan
kumuh serta caping selalu dikenakan ketika dia akan memulai aktivitasnya. Tak ketinggalan perkakas dan tas kecil yang selalu
dia bawa. Pancaran cahaya dan kehangatan mentari selalu dia rasakan lengkap
dengan hamparan tanah luas dan hijau di
depan pandangannya.
Di tengah terik matahari, nampak keringat menetes dari kulit keriputnya. Kulit keriputnya kini basah
dilumuri keringat. Pakaian yang dikenakannya kini basah dan dipenuhi cipratan
tanah basah, begitu pula dengan capingnya. Sesekali dia naik dari hamparan
tanah yang luas itu dan pergi ke suatu tempat yang hanya dibangun dengan
potongan-potongan bambu dengan atap yang bocor.tempat kecil itu adalah tempat
untuk beristirahat dan menikmati perbekalannya. Hal itu hanya dilakukan
sebentar. Keringat pun tak sampai kering,dia harus ke tengah tanah basah yang
mengotori dirinya, yaitu ke tengah sawah. Setiap sore hari dia selalu
melangkahkan kaki untuk kembali ke rumahnya.
Mentari masih nampak. Hal itu menandakan bahwa aktivitasnya
masih berlanjut. Segolong bambu besar brukuran satu meter diambilnya dari
ruangan berdinding hitam dari asap tungku yang digunakannya. Kini langkahnya
menuju kebun yang dipenuhi rumput liar untuk menemui pohon aren. Ternyata dia
mengambil sari dari pohon itu untuk dijadikan gula yang memiliki rasa manis
yang khas.
Terkadang dia tidak hanya seperti itu. Dia aering juga menuju
pohon-pohon kelapa dengan membawa segolong bambu yang panjang dengan benda
tajam di ujungnya. Alat itu digunakan untuk mengait kelepa-kelapa yang
menurutnya sudah cocok untuk dipanen. Kelapa yang didapatnya diolah menjadi
kelapa kering, sering juga disebut dengan kopra. Dalam proses pengolahannya dia
sering bergelut dengan asap dan panas bara api.
Dia terpaksa harus berhenti beraktivitas ketika napasnya
tidak normal. Ya, dia adalah seorang penderita sesak napas. Hal itu selalu
terjadi setelah dia berinteraksi dengan asap, debu, dan udara yang dingin. Hal
itu bukan tandanya dia harus berhenti beraktivitas seperti biasanya. Dia tetap
saja melakukan pekerjaan seperti biasanya meskipun akhirnya dia merasakan sendiri
sakitnya penyakit yang ada pada tubuhnya itu. Namun, rasa sakit itu terbayar
oleh buah dari kerja keras yang dia lakukan dengan cucuran keringatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar