Selasa, 05 November 2013

Cerpen





 Lika Liku Keriput

Lipatan keriput itu semakin nampak dan bertambah seiring dengan berjalannya waktu. Wajar saja jika langkahnya mulai pelan dan terkadang terhenti. Rasa sakit yang menusuk sering kali dia rasakan. Namun, hal itu bukan suatu alasan untuk  menghentikan langkahnya.
Tegur sapa burung di pagi hari yang sejuk selalu menemani langkahnya menuju hamparan tanah yang luas dan hijau. Pakaian yang kusut dan kumuh serta caping selalu dikenakan ketika dia akan memulai aktivitasnya.  Tak ketinggalan perkakas dan tas kecil yang selalu dia bawa. Pancaran cahaya dan kehangatan mentari selalu dia rasakan lengkap dengan hamparan  tanah luas dan hijau di depan pandangannya.
Di tengah terik matahari, nampak keringat menetes dari  kulit keriputnya. Kulit keriputnya kini basah dilumuri keringat. Pakaian yang dikenakannya kini basah dan dipenuhi cipratan tanah basah, begitu pula dengan capingnya. Sesekali dia naik dari hamparan tanah yang luas itu dan pergi ke suatu tempat yang hanya dibangun dengan potongan-potongan bambu dengan atap yang bocor.tempat kecil itu adalah tempat untuk beristirahat dan menikmati perbekalannya. Hal itu hanya dilakukan sebentar. Keringat pun tak sampai kering,dia harus ke tengah tanah basah yang mengotori dirinya, yaitu ke tengah sawah. Setiap sore hari dia selalu melangkahkan kaki untuk kembali ke rumahnya.
Mentari masih nampak. Hal itu menandakan bahwa aktivitasnya masih berlanjut. Segolong bambu besar brukuran satu meter diambilnya dari ruangan berdinding hitam dari asap tungku yang digunakannya. Kini langkahnya menuju kebun yang dipenuhi rumput liar untuk menemui pohon aren. Ternyata dia mengambil sari dari pohon itu untuk dijadikan gula yang memiliki rasa manis yang khas.
Terkadang dia tidak hanya seperti itu. Dia aering juga menuju pohon-pohon kelapa dengan membawa segolong bambu yang panjang dengan benda tajam di ujungnya. Alat itu digunakan untuk mengait kelepa-kelapa yang menurutnya sudah cocok untuk dipanen. Kelapa yang didapatnya diolah menjadi kelapa kering, sering juga disebut dengan kopra. Dalam proses pengolahannya dia sering bergelut dengan asap dan panas bara api.
Dia terpaksa harus berhenti beraktivitas ketika napasnya tidak normal. Ya, dia adalah seorang penderita sesak napas. Hal itu selalu terjadi setelah dia berinteraksi dengan asap, debu, dan udara yang dingin. Hal itu bukan tandanya dia harus berhenti beraktivitas seperti biasanya. Dia tetap saja melakukan pekerjaan seperti biasanya meskipun akhirnya dia merasakan sendiri sakitnya penyakit yang ada pada tubuhnya itu. Namun, rasa sakit itu terbayar oleh buah dari kerja keras yang dia lakukan dengan cucuran keringatnya.
    


Tidak ada komentar:

Posting Komentar